Kamis, September 04, 2008

DAMPAK PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DAN SOLUSINYA

Pada era pencanangan pendidikan dasar 9 tahun, banyak upaya pemerintah dalam mensukseskan program tersebut. Dengan subsidi-subsidi pendidikan untuk Sekolah Dasar yang berupa Bantuan Operasional Siswa (BOS) untuk administrasi juga untuk buku dan yang lainnya. Hal ini diharapkan minimal sebagai rangsangan terhadap orang tua yang kurang mampu agar dapat menyekolahkan anaknya sampai jenjang ini.
Program wajib belajar sekarang ini adalah WAJAR 12 tahun. Pada program ini diharapkan seorang anak dapat mengenyam pendidikan sampai SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas). Program ini juga dibarengi dengan subsidi pendidikan oleh pemerintah. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah “Apakah semua pembiayaan sekolah akan bisa tertutupi dengan bantuan pemerintah?”
Sekolah gratis yang selama ini sering kita dengar adalah suatu yang tidak mungkin dilaksanakan secara penuh. Karena pembiayaan sekolah tidak hanya untuk administrasi atau SPP saja tetapi segenap biaya penunjang proses pembelajaran. Semakin tinggi jenjang sekolah maka semakin tinggi biayanya.
Menurut penelitian dari SISMANTO, Program Studi Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang, 9 April 2006. menunjukkan bahwa; (1) ada pengaruh yang signifikan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh siswa/orang tua untuk membiayai pengadaan komponen-komponen masukan pendidikan (biaya tetap dan biaya tidak tetap) terhadap prestasi siswa di Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman Malang yang ditunjukkan dengan persamaan regresi Y=56,365+2,784X1+3,461X2, dan (2) ada pengaruh yang signifikan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh sekolah untuk membiayai pengadaan komponen-komponen masukan pendidikan (kesejahteraan finansial dan kesejahteraan non finansial) terhadap profesionalisme guru di Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman Malang yang ditunjukkan dengan persamaan regresi. Y=0,751+0,414X3 +0,332X4.
Menurut penelitian tersebut di atas, ada dua pengaruh pembiayaan yaitu pembiayaan orangtua terhadap presatasi siswa dan pembiayaan dari sekolah untuk menunjang profesionalisme guru.
Pengaruh yang pertama, menunjukkan bahwa besarnya pembiayaan terhadap pengadaan komponen-komponen masukan pendidikan berpengaruh terhadap prestasi siswa. Mungkin saja terjadi sekolah gratis, tetapi pembiayaan dari pengadaan komponen-komponen pendidikan dalam menunjang proses pendidikan tentulah tidak gratis. Contoh : buku, dalam hal ini mungkin saja buku yang diperlukan siswa tidak ada di perpustakaan sekolah, atau kalaupun ada terbatas; Akses Internet, akses internet bukanlah hal yang baru, tetapi hampir setiap matapelajaran mengambil salah satu sumbernya dari internet.
Pengaruh yang kedua, besarnya biaya yang dikeluarkan oleh sekolah untuk membiayai pengadaan komponen-komponen masukan pendidikan (kesejahteraan finansial dan kesejahteraan non finansial) terhadap profesionalisme guru.
Melihat pengaruh pembiayaan yang sangat besar terhadap mutu pendidikan tentunya harus bisa disikapi dengan bijak oleh pihak manajemen sekolah. Manajemen sekolah adalah jembatan antara pemerintah dengan siswa/orangtua. Upaya pemerintah dalam memberikan bantuan juga harus disikapi positif oleh pihak manajemen sekolah walau belum menutupi semua pembiayaan yang harus dikeluarkan, sekaligus manajemen sekolah harus memberikan kebijakan kewajiban pembiayaan yang tidak memberatkan siswa/orangtua.
Untuk membantu siswa/orangtua siswa dengan cara menfasilitasi siswa dengan sarana prasarana sekolah secara maksimal, salah satunya berusaha menjadikan perpustakaan sebagar organisasi sumber belajar yang lengkap. Menyediakan layanan akases internet gratis bagi siswa. Dan memberikan bantuan kepada siswa yang tidak mampu dan berpresatasi. Diharapkan dengan biaya yang minimal menghasilkan mutu pendidikan yang baik.
Untuk meningkatkan profesionalisme guru tentunya selain memberikan stimulan berupa peningkatan kesejahteraan yang disesuaikan dengan kemampuan sekolah, guru juga harus sering diikutkan seminar, diklat ataupun penataran agar mendapat tambahan ilmu yang baru sesuai dengan perkembangan jaman. Manajemen sekolah dalam hal ini harus mengatur sedemikian rupa agar biaya yang dipunyai bisa mengakomodir semua kebutuhan guru. Misalnya untuk satu mata pelajaran dikirim satu orang tiap tahun untuk mengikuti penataran ataupun diklat, selanjutnya guru tesebut akan memberikan hasil diklat yang telah diperoleh kepada guru yang lain dalam satu mata pelajaran. Dan jika ada seminar yang bersifat umum, guru bisa diikutkan satu atau dua orang yang nantinya juga akan ditransfer kepada guru yang lain. Jadi disini guru tidak hanya mengajar kepada siswa tetapi guru juga tutor bagi teman sejawat.

Pemanfaatan TIK untuk media pembelajaran

Perubahan Paradigma dalam Pendidikan
Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia telah terjadi beberapa kali gelombang besar perubahan. Dalam teknologi pembelajaran, telah terjadi serangkaian revolusi besar, antara lain:
- Revolusi I : Menitipkan anak pada guru
- Revolusi II : Tulisan
- Revolusi III : Teknologi cetak
- Revolusi IV : Teknologi elektronik (Ashby, 1972)
- 1910-an – motion pictures
- 1930-an – radio broadcasting
- 1950-an – instructional television
- 1960-an – tutorial machines
- 1980-an – multimedia dan internet
- (Norton, et al, 2001)

Menurut John Naisbit, penulis buku Megatrend 2000, saat ini kita telah memasuki gelombang ketiga, yakni perubahan teknologi informasi. TIK telah menjadi simbol gelombang perubahan. Bagaimana kita menghadapi perubahan ini? Kalau diibaratkan TIK itu adalah arus badai, maka sekurang-kurangnya ada tiga sikap dalam menghadapi perubahan teknologi informasi. Pilihan pertama membangun dinding yang kokoh agar tidak terkena badai tersebut, pilihan kedua berdiam diri dan membiarkan diri kita terbawa arus, pilihan ketiga memanfaatkan arus tersebut sebagai sumber energi. Pilihan manakah yang kita ambil? Tentu terpulang kepada diri kita masing-masing, Namun demikian, pasti kita sepakat bahwa pilhan terbaik adalah memanfaatkan arus tersebut sebagai sumber energi.

Perubahan ini melanda semua bagian kehidupan, termasuk di dalam pendidikan. Sebut saja misalnya ruang belajar, yang biasa kita sebut ruang kelas. Pada masa kini, pengertian kelas telah jauh berubah dengan pengertian masa lalu. Dahulu mungkin yang disebut ruang belajar adalah ruang berbentuk kotak berisi sejumlah meja kursi murid, meja kursi guru, dan sebuah papan tulis di dinding. Sesederhana itu. Tapi sekarang yang disebut ruang belajar tidak lagi dibatasi dengan empat dinding dan satu orang guru. Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar. Media belajar bukan lagi sekedar papan tulis dan kapur. Buku tidak hanya kumpulan kertas yang tercetak, dsb.

BAGAIMANA CARA MEMULAI MEMBUAT CHANNEL YOUTUBE?

1. Membuat Akun Untuk membuat channel YouTube, pertama-tama Anda perlu memiliki akun Google. Jika Anda belum memiliki akun, Anda dapat mend...